Hari Kemerdekaan Yang Tak Terlupakan (Cerpen)
hai hai hai ..
Cerpen gaje di post lagi nih. cerpen lama sih. ini file gak sengaja ketemu pas lagi cari file cerpen sebelah . dan akhirnya daripada nganggur di hardisk laptop, di post aja deh .. cekidott :D
Pagi yang indah, matahari bersinar menunjukan akan cerahnya pagi
ini. Pagi-pagi sekali aku segera membuka jendela kamarku untuk menghirup udara
segar. Kurang lebih sekitar 15 menit aku termanggu di depan jendelaku. Tanpa
sadar aku melamun, aku lantas memikirkan siapakah jodohku nantinya?.
Perkenalkan namaku Elsa Emeraldy. Aku biasa dipanggil Elsa. Tiba-tiba lamunanku
buyar oleh teriakan ibuku yang memanggilku untuk segera keluar kamar, mandi,
sarapan pagi dan berangkat ke sekolah. “Saa, cepetan turun! Mandi, sarapan,
pergi sekolah. Nanti kesiangan! Tuh, ibu udah siapin sarapan nasi goreng buat
kamu.” teriak ibuku dari dapur. Aku pun bergegas untuk melaksanakan perintah
ibuku itu karena pada saat itu pun aku melihat jam telah menunjukan pukul 06.00
pagi. Setiap pagi aku selalu mendengarkan teriakan ibu yang seperti itu, karena
setiap pagi aku senang sekali duduk termanggu di depan jendela. Hari-hari aku
lalui seperti biasanya. Akan tetapi untuk pagi ini rasanya ada yang beda. Semua
ini karena sebentar lagi akan ada peringatan HUT RI.
Setelah
pulang sekolah, aku segera makan siang dan mengerjakan seluruh tugas sekolah.
Sekitar pukul 19.00, aku pergi menuju sebuah tempat rapat para panitia HUT RI.
Saat itu aku termasuk salah satu anggota organisasi tersebut. Setibanya disana,
telah banyak orang yang datang termasuk keenam sahabatku. Indah, Hanna, Cerry,
Nindy, Riri dan Kelsy. Aku duduk disamping mereka semua.
Rapat
pun dimulai. Rencana acara HUT RI seperti biasanya. Ada perlombaan, hiburan,
dsb. Perlombaannya pun sudah tidak ada yang asing di dengar. Seperti panjat
pinang, balap karung, kelereng, dll. Rencana acara untuk hiburan diserahkan
pada panitia bagian hiburan. Rapat pun selesai tepat pukul 21.00.
Tidak terasa hari ini adalah tanggal 17 agustus, seluruh
rangkaian acara yang telah disusun jauh hari pun terlaksana dengan sukses.
Warga setempat terlihat antusias, hampir seluruh orang di daerahku ikut serta
dalam acara tersebut. Saat aku tengah sibuk memberikan pengarahan tata aturan
lomba pada para peserta, tiba-tiba sesosok wajah yang mengalihkan pandanganku.
Aku terheran-heran serta mengagumi wajahnya. Dia adalah seorang laki-laki yang
sedang menatapku dan tersenyum manis padaku. Aku tak bisa membohongi perasaanku
yang menyukainya pada pandangan pertama, dia adalah cinta pertamaku karena aku
belum pernah pacaran. Belum ada pria yang bisa membuatku melamun seperti dia.
“Sa, jangan melamun dong.”tegur salah satu temanku. “Oh, maaf.”jawabku dengan
nada malu. Wajah itu terus saja menatapku hingga acara perlombaan selesai. Aku
pun sempat curi-curi pandang padanya. Setelah acara selesai, seluruh panitia,
peserta, dan warga pulang. Aku pun segera pulang.
Setibanya
dirumah, aku langsung menuju kamarku. Aku pun kembali melamun seperti biasanya,
namun yang kali ini aku pikirkan adalah sipakah pria tadi?. Aku memikirkan itu
hingga tertidur pulas.
Pagi harinya adalah hari yang paling di sukai oleh orang-orang,
karena hari ini adalah hari minggu. Aku memulai kebiasaanku setiap hari minggu
yaitu bermalas-malasan. Aku bangun tidur pukul 10.00 pagi, itupun karena salah
satu sahabatku Cerry menelfonku. “Ada apa cer pagi-pagi udah nangkring aja di
depan telfon? aku masih ngantuk nih.” Gerutuku. “ya ampun, pagi darimana? Udah
siang hey, ayam aja udah pada berkokok dari tadi. Eh, kamu masih berselimut
ria.” ledek Cerry. “Enak aja aku disamain ma ayam, ada apaan sih?”tanyaku
sewot. “jangan sewot dong, aku cuma mau ngasih tau kalau ada sepupuku yang baru
pindah dari Pekanbaru. Namanya Andre. Aku mau kenalin dia ma kalian semua.
Nanti jam 12.00 dateng ke rumah aku ya. Wajib loh, gak bakalan nyesel deh.
hehe. “kata Cerry panjang lebar. “Iya gimana ntar aja ya, aku masih mau tidur
nih.”jawabku malas. “Ah, pokoknya kamu harus dateng, kalau gak aku marah.”ancamnya.
belum sempat aku menjawab, telfonnya telah ditutup. Dengan langkah gontai aku
segera mandi dan sarapan. Masih ada waktu sekitar satu setengah jam lagi menuju
pukul 12.00. enaknya ngapain ya? ah, Cerry sih nelfonnya kecepetan, gumamku.
Aku pun memutuskan untuk menonton televisi.
Akhirnya, pukul 12.00 aku pergi ke rumah Cerry, di sana sudah
ada Hanna, Kelsy, Riri, dan Indah. Kita hanya menunggu Nindy. 5 menit telah
berjalan, tapi Nindy belum dating juga. 10 menit, 15 menit, 20 menit, dan
akhirnya Nindy pun datang. “Lama banget sih, kita udah gak sabar nih pengen tau
Andre itu yang mana” omel Riri. Nindy hanya cengar-cengir gak keruan. Cerry
segera memanggil sepupunya yang sedari tadi ia suruh untuk menunggu di kamar.
“Andreee,, sini!” teriak Cerry. Kemudia sesosok pria muncul dari balik pintu
kamar, seluruh sabatku heran dengan ketampanannya. Begitu pula aku, aku pun
ikut heran sekaligus kaget. Ternyata pria kemarin yang memperhatikanku dan aku
pun sempat curi-curi pandang padanya itu adalah Andre, sepupunya Cerry. Pantas
aku tidak mengenalnya.
Aku tidak menyangka akan bertemu lagi dengan cinta pertamaku.
Jantungku berdetak begitu keras dan cepat. Dia memperkenalkan diri dan
menyalami satu persatu. Saat tangannya menyentuh tanganku, jantungku semakin berdegup
kencang. “Elsa.”kataku. “Andre.”jawabnya.
Beberapa
saat setelah perkenalan, kami semua langsung akrab. Tidak terasa hari menjelang
sore, aku dan teman-teman bergegas pulang. Kami pamit pada Cerry dan juga
Andre.
Tepat
pukul 08.00, saat aku akan pergi tidur, hp ku berdering. Ada nomor yang tidak
aku kenal menelfonku. “hallo, siapa ya?”tanyaku. “hallo juga. Ini Elsa? Aku
Andre.”jawabnya. “Oh kamu ndre, tau nomorku pasti dari Cerry ya? Ada apa
ndre?”tanyaku lagi. “gak ada apa-apa ko, aku Cuma bete aja. Mau temani aku
ngobrol?”kini giliran dia yang bertanya. “Iya, boleh.”kataku senang. Kurang
lebih hampir satu jam Andre menelfonku.
Sejak pertemuan itu, hari demi hari
aku dan Andre semakin dekat. Kadang dia menjemputku di sekolah.
Hingga
suatu hari, dia menembakku. Aku sangat senang sekali, karena akupun
menyukainya. Hari itu kami pun jadian.
Pagi-pagi sekali, aku kembali mengawali rutinitasku dengan
menbuka jendela kamarku dan melamun. Kali ini yang aku renungkan bukan lagi
siapakah jodohku? Melainkan kali ini adalah tentang awal pertemuan aku dan
Andre pada acara perlombaan HUT RI hingga akhirnya aku jadian dengannya. Dan
lamunanku buyar oleh teriakan ibuku. “Sa, cepet mandi ma sarapan.”. “iya bu,”
jawabku dengan semangat.
Mulai sekarang, aku akan memulai hariku dengan penuh senyuman
dan cinta. Semua ini berawal berkat perlombaan hari kemerdekaan. Terima kasih
Indonesia, batinku.
END
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.