UNTUKMU SELAMANYA (cerpen - END)
UNTUKMU SELAMANYA (cerpen - END)
cr. Maya
cast: Putra, Putri, Chacha, and others.
soundtrack: UNGU - Untukmu Selamanya
cast: Putra, Putri, Chacha, and others.
soundtrack: UNGU - Untukmu Selamanya
Saat aku sedang merapikan diri di depan cermin, aku melihat layar
handphoneku yang terus menyala. Ternyata ada sms masuk, hmm.. mungkin sms-nya
dateng saat aku udah terlelap. Dari Putra batinku senang. Aku segera
membacanya, tapi isi sms darinya malah membuatku kaget dan gak percaya.
To : Putri
From : Putra
Put, maafin aku karena
beberapa hari ini aku gabisa ketemu kamu. Aku tau kemarin kamu dateng ke rumah,
tapi aku lagi keluar. Put, sebelum waktuku habis. Aku mau bilang sama kamu
kalau aku sayang kamu. Kalau pun suatu saat nanti aku udah gak ada disampingmu,
percayalah kalau cintaku sama kamu gak akan pernah hilang. I really Love U.
Aku terdiam
membeku bagai tersengat listrik. Aku gak bisa berkata apa pun. Entah apa yang
harus aku ungkapkan sekarang. Aku seneng, tapi aku bingung maksud dari
kata-katanya. Tapi. Perasaanku gak enak. tanpa terasa air mataku mengalir
membentuk sungai kecil pipi. Aku segera berlari ke garasi, menuju mobil yang
terparkir manis di sana.
“Putriiii,
sarapan dulu sayang!”panggil mamaku dari dalam.
“Putri sarapan
di sekolah aja ma! Putri buru-buru. Dah mama!”teriakku dari luar.
Aku segera
melesat ke rumah Putra. Tinggal satu tikungan lagi, batinku. Saat aku tiba di
depan sebuah rumah berpagar coklat, disana berkibar sebuah bendera Kuning. Aku
merasakan ada hawa duka dari dalam. Kuberanikan diri untuk melangkah ke dalam, dugaanku
benar. Aku melihat banyak orang yang memakai baju hitam. Rasa penasaran tak
dapat ku tahan lagi, aku pun bertanya pada seorang ibu yang lewat di hadapanku.
“Permisi bu,
kalau boleh tau, siapa yang meninggal?”
“Itu neng
anaknya Pak Suroto.”
“oh, siapa
namanya bu?”
“Namanya Putra
neng. Kalau gak salah dia siswa SMA 56.”
DEG!
Jantungku
seakan berhenti berdetak. Satu hal lagi di pagi ini yang membuatku terdiam
membeku. Air mataku tumpah, kakiku terasa lemas hingga akhirnya aku terjatuh.
“Neng gak
apa-apa?”
Aku hanya
menggeleng. Rasanya mulutku terkunci rapat dan sulit untuk bicara.
“kalau gitu ibu
permisi dulu ya neng. Kalau neng mau liat jenazahnya, ada di dalam.”
“iya, makasih
ya bu.”jawabku lemah.
Kulangkahkan
kakiku menuju ruang dalam. Aku melihat sesosok tubuh yang terbujur kaku yang ku
yakin dia adalah Putra. disampingnya ada seorang ibu yang menangis
tersedu-sedu.
Aku gak percaya
dengan semuanya. Kini, gak ada lagi Putra yang ceria, Putra yang jail, Putra
yang selalu membuatkku jengkel, Putra yang membuatku tersenyum, Putra yang
selalu menemani hari-hariku, kini ia telah pergi. Ingin aku berlari dan
berteriak sekencang-kencangnya.
Seorang ibu
menghampiriku, ”Putri?” tanyanya.
Aku mengangguk,
“Bisa ikut ibu
sebentar? Saya ibunya Putra.”
Aku mengikuti
ibu itu ke dalam sebuah kamar dan duduk di pinggir ranjangnya. Aku yakin ini
adalah kamar Putra, karena disana terpajang sebuah foto Putra bersama
Keluarganya.
“Ibu menemukan
ini di mejanya. Sepertinya untukmu. Karena disana tertulis namamu.”
Aku mengambil
selembar kertas putih yang ibu itu serahkan padaku.
“Putra kenapa
bu? Kenapa bisa sampai seperti ini?”tanyaku.
“dia sakit
Leukimia. Yasudah, ibu tinggal ya.”
Aku masih
terdiam di sana. Aku membuka sepucuk surat yang ditinggalkan Putra untukku.
Dear My Princess,
aku tau saat kamu membaca suratku ini, aku telah tiada. surat ini sengaja aku tulis untuk kamu dan aku titipkan pada ibu. aku minta maaf kalau aku gak memberi tahukan tentang penyakitku. aku cuma gak mau kamu khawatir.
pertama kali aku mengetahui tentang penyakit ini, tentu saja aku sangat kaget. aku merasa tidak ada harapan lagi untuk hidup. banyak kegiatan yang dilarang oleh dokter. mentalku pun sempat down. setiap hari ibu sedih melihat tingkahku yang hanya melamun di kamar, tidak punya semangat hidup, kesehatan ku pun menurun drastis. namun, lama-kelamaan aku sadar, tidak seharusnya aku seperti itu. aku tidak tega melihat ibuku terus-terusan sedih. aku harus membuat sisa hidupku yang tinggal sebentar ini lebih berarti dan memberikan banyak kenangan manis untuk orang-orang di sekitarku.
pertemuan pertamaku denganmu, saat kamu hampir saja menabrakku, itu adalah hari pertama ku memulai sekolah lagi setelah lama absen. aku akui dulu aku sangat kesal padamu, karena disaat aku telah mempunyai semangat untuk kembali hidup, tanpa berdosa seorang remaja perempuan akan merenggut nyawaku begitu saja. Tapi kini, aku tidak menyesal bisa bertemu dan berkenalan sama kamu, Put. Kebersamaan kita selama ini, membuatku semakin ingin terus bertahan. namun sepertinya kehendak berkata lain, saat aku merasakan penyakit ini semakin lama semakin menggerogoti tubuhku dan membuatku semakin lemah. Sebelum aku benar-benar gak sanggup lagi untuk bangun, aku ingin bilang kalau aku sayang kamu, Put. Thank's for everything. Meskipun aku tidak lagi ada disampingmu, tapi ingatlah aku akan selalu ada dihatimu. I Love You ...
Putra ;)
Air mataku menitik tanpa ku pinta. Aku tidak percaya dia akan pergi meninggalkanku secepat ini. Bahkan aku tidak sempat menemaninya di saat-saat terakhir, aku tidak sempat mengatakan perasaanku yang sebenarnya bahwa akupun menyukainya. Kertas surat yang ku pegang terlihat kusut karena aku menggenggamnya begitu kuat. Aku bangkit dari posisi dudukku, aku ingin ikut serta mengantarkan Putra ke tempat peristirahatan terakhirnya..
END
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.